Lot of Visitors

Rabu, 11 Mei 2011

ANDALUSIA


Nama yang dikenal di dunia Arab dan dunia Islam untuk semenanjung liberia. Wilayah itu kini terdiri atas Spanyol dan portugal.
Andalusia dikenal sejak dikuasai Yunani, kemudian oleh kekaisaran Romawi. Pada zaman Romawi agamas Kristen meluas di Andalusia. Setelah itu Andalusia dikuasai kerajaan Visigoth. Karena Raja Roderick (w. 711) memerintah dengan sewenang-wenang, Julian, keluarga Roderick yang menjadi Gubernur Ceuta, menaruh dendam kepadanya. Akibat dendamnya itu Julian meminta bantuan militer kepada kekuasaan Islam.
Ketika itu Dinasty*Umayyah dipegang oleh Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (al-Walid I-naik tahta 86 H/705 M), Khalifah ke 6. Ia menunjuk *Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara. Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika bagian barat dapat dikuasai kecuali Sabtah (Ceuta) yang pada waktu itu berada dibawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia Kerja sama yang ditawarkan oleh Juian kepada tentara Islam yang ketika itu dipimpin oleh Musa bin Nusair diterima dengan baik. Setelah mendapat persetujuan dari Khalifah al-Walid I, Musa bin Nusair memerintahkan panglima Tariq bin Abdul Malik an-Nakha’i melakukan penjajakan awal dengan membawa 400 tentara dengan 100 pasukan berkuda memasuki wilayah Andalusia paa tahun 710 . pada tahun 711, Musa bin Nusair mengutus *Tariq bin Ziayad untuk melanjutkan penyerangan ke Andalusia dengan pasukan yang lebih besar. Ini merupakan masa pertama bagi Islam memasuki Andalusia. Tariq bin Ziyad memimpin pasukan yang berjumlah kurang lebih 7.000 orang,( ada juga yang menyebutkan jumlah nya 12.000 orang Barbar) untuk menyerbu Andalusia. Pasukan yang dipimpinnya mendarat di sebuah bukit yang kemudian diabadikan dengan nama “Jabar Thariq” atau Jabraltaar.
Pasukan Tariq bin Ziyad berhasil mengalahkan Raja Roderick yang tewas dalam pertempuran itu. Kemenangan ini menjadi modal baginya untuk menaklukan kota-kota lainnya, seperti Cordoba, Archedonia, Malaga, Elvira, dan akhirnya Toledo yakni pusat kerejaan Visigoth. Mendengar keberhasilan pasukan Islam, maka pada tahun 712 Musa bin Nusair memimpin satu pasukan menuju Andalusia melalui jalan yang tidak dilalui oleh pasukan Thariq. Pasukan musa bin Nusair itu melewati pantai barat semenanjung dan berhasil menaklukan kota-kota yang dilewatinya, antara lain Sevilla dan Merida. Pasukan Musa bin Nusair bertemu dengan pasukan Thariq bin Ziyad di kota Toledo. Dengan bergabungnya dua pasukan, daerah yang ditaklukan semakin meluas sampai keutara seperti Saragosa, Terroofona, dan Barcelona.
Setelah Daulat Bani Umayyah di Damascus di tumbangkan, daulat Abbasyiah berdiri dengan Khalifah pertama Abu Abbas as-Shaffah. Ketika itu juga kepemimipinan di Andalusia berada ditangan Yusuf bin Abdurrahman al-fihr (129 H/746 M-138H/756 M) dari Bani Muzar. Salah seorang dari keluarga Umayyah yang bernama Abdurrahman bin Mu’awiyyah bin Hisyam bin Abdul Malik, yang bergelar Abdurrahman Ad-Dakhil, selamat dari penangkapan Dinasti Abasyiah yang selalu mengejar-ngejar keturunan Umayyah, bahkan berhasil memasuki Andalusia. Setelah berhasil menghadapi berbagai tantangan, antara lain penguasa Andalusia pada waktu itu, akhirnya Abdurrahman bin Muawiiyah berhasil mengambil alih kekuasaan.
Abdurrahman bin Mu’awiyah memasuki wilayah Andalusia ini antara lain karena adanya perselisihan diantara kabilah-kabilah, khususnya masalah interen kabilah Arab dari Qais dan Yaman yang tidak setuju terhadap kepemimpinan Yusuf bin Abdurrahman al-Fihr. Abdurrahman bin Mu’awiyah yang juga mendapat dukungan dari warga umayyah yang telah tinggal di Andalusia, disamping dukungan dari suku Yaman yang sedang bertiakai dengan Yusuf bin Abdurrahman al-fihr
Abdurrahman III manjadikan Andalusia suatu kekhalifahan dengan khalifah yang bergelar amiirul mukminin (912-1031). Gelar khalifah ini selanjutnya selanjutnya dipergunakan oleh pengganti-penggantinya sampai akhir masa pemerintahan Bani Umayyah.
Setelah berakhirnya Bani Umayyah (1031), Andalusia terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yang lazim disebut, ‘Muluk at-Tawa’if(raja-raja kelompok/golongan) sebagaimana munculnya dinasti-dinasti kecil ditimur. Dinasti-dinasti itu anatara lain Bani Abbad di Sevilla, Bany Hud di Saragosa, Bani Zun-nun di Toledo, Bani Ziri di Granada, dan Bani Nasir pada tahun 1232-1492.
Ketiga dinasti tersebutdi atas mencapai kemajuan diberbagai bidang dan mengalami zaman keemasan ilmu pengetahuan dengan berhasil memunculkan lembaga-lembaga pendidikan terkenal yang kemudian menelurkan para ilmuan ternama.
Ilmu pengetahuan berkembang dengan perantaraan bahasa Arab. Orang-orang Andalusia baik muslim ataupun Non-muslim, menerima dan mempelajari bahasa Arab. Akibatnya, lahirlah beberapa ahli bahasa diantaranya Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Hasan, Ibnu Asfur, Abu Hayyan al-Gharnati, dan Ibnu Malik yang mengarang kitab al-fiyah (buku tata bahasa Arab yang disusun dalam bentuk seribu bait syair).
Filsuf-filsuf besar yang lahir dalam periode ini antara lain ibnu Tufail (w.1185) yang menulis buku Hayy ibn Yaqzan (buku filsafat yang berisikan cerita seorang anak yang dipelihara oleh rusa; filsafat akal dan wahyu); Ibnu Bajjah (w.1138) yang dalam literatur Barat dikenal dengan ”Avenpace” dan merupakan komentator karya-karya Aristoteles, ahli fisika dan ahli musik; karyanya yang utama adalah Tadbir al-Mutawahid (susunan yang menyatu); kemudian Ibnu Rusyd (1126-1198) yang memberikan jawaban atas serangan al-Ghazali dalam bukunya ‘Tahafut at-Tahfut’ (kerancuan dari kerancuan), dan komentar terhadap kary Aristoteles Jami’ Talkhis (rangkuman yang lengkap). Karena pengaruhnya yang besar, di Eropa muncul suatu aliran filsafat yang dikenal dengan nama Averoisme.
Disamping ilmu-ilmu aqli (ilmu yang berdasarkan pada penalaran rasional) berkembang pula ilmu-ilmu naqli (ilmu yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits). Dibidang tafsir al-qur’an, Andalusia melahirkan nama-nama, antara lain Ibnu Atiah (w.546 H) dan al-Qurtuby (w.671H). dua mufasir ini mengggunakan metode penulisan ath-Thabari yang dikenal dengan tafsir bi al-Ma’sur. Dibidang hadits, terdapat para pakar seperti Ibnu Waddah bin Abdul Barr, al-Qadi bin Yahya al-Laisi, Abdul Walid al-Baji, Abdul Walid bin Rusyd dan Abu Asim yang menulis kitab at-Tuhfah (persembahan). Dalam bidang fikih/syareat muncul beberapa ilmuwan terkemuka, umpamanya Abu Bakar al-qutiayah, Ibnu Hazm yang menulis kitab al-Muhalla (tentang fiqih) dan al-Ihkam fie Ushul al-Ahkam (tentang usul fiqih), Munzir bin Said al Balluti (w.355 H) yang pernah menjadi hakim agung di masa pemerintahan Abdurrahman III dan Ibnu Rusyd dengan kitabnya Bidayah al-Mujtahid (permulaan bagi seorang Mujtahid). Disamping itu dalam bidang tasawuf, Andalusia memiliki nama-nama seperti Muhyidin Ibnu Arabi, sufi ternama yang menghasilkan banyak karya tulis, antara lain al-Futuhat al-Makiyyah(penaklukan makkah), dan terkenal denga paham Wahdatul Wujud (kesatuan wujud)
Dibidang kedokteran Andalusia juga mencapai kejayaannya. Cordoba sebagai salah satu pusat aktivitas medis telah melahirkan beberapa ilmuwan terkemuka. Diantara ilmuwan yang banyak jasanya terhadap perkembangan ilmu medis Islam ialah Ibnu Rusyd yang menghasilkan karya besar kita al-Kulliyat fi at-Tibb(tentang filsafat dalam ilmu kedokteran), suatu kitab referensi yang dipakai selama berabad-abad di Eropa. Dibidang obat-obatan dikenal nama-nama seperti Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad al-Ghafiqi (w.1165) dengan karyanya al-Adawiyah al-mufrodah (uraian tentang berb agai macam obat).
Dalam bidang pertanian, Andalusia sudah mengenal irigasi dan saluran-saluran air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun-kebun tebu,kapas, padi, jeruk, anggur dsb. Kemajuan dalam bidang ini membawa kemakmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat. Karena kemajuan ekonomi, Andalusia mampu membangun beberapa kota yang megah dan memnpunyai banyak bangunan monumental. Abdurrahman III membangun kota Cordoba sebagi pusat pemerintahan. Kota Cordoba dilengkapi dengan taman, istana, jalan-jalan, masjid, perpustakaan, perkantoran dll. Kota termegah adalah az-Zahra yang dibangun oleh Abdurrahman III dan kota Granada yang cantik dan megah yang memiliki Alhambra yaang sangat terkenal diseluruh dunia. Cordoba juga terkenal dengan Universitasnya, yaitu Universitas Cordoba. Universitas ini memiliki kampus yang luas dan megah yang dibangun oleh al-Hakam II Abdurrahman III (961-976).
Kemajuan dibidang seni, seperti arsitektur dan design, dapat dilihat dari keindahan Masjid Cordoba yang dibangun pada masa Abdurrahman ad-Dakhil. Dibidang sastra, Andalusia memunculkan nama seperti Ibnu Sayidar al-Andalusi yang menulis kitab al-Mu’jam (ensiklopedi) dan Muhammad bin Hani’ yang menulis al-Andalus (uraian tentang Andalusia). Dibidang sejarah, dikenal Ibnu qutiya (w.927), penulis bukuTarikh Iftitah al-Andalus yang berisi sejarah penaklukan Andalusia sampai dengan masa awal kekuasaan Abdurrahman III.
Dalam bidang geografi, dari Andalusia muncul nama-nama cemerlang seperti Ibnu Abdul Aziz al-Bahri (w.1094) dengan karyanya al-masalik wa al-mamalik (tentang geografi), al-Idrisi (1100-1166), abul Husain Muhammad bin Ahmad al Kinani bin Jubair (1145)dengan karyanya Rihlah (suatu perjalanan), dan Muhammad al-Mazini (1080-1170), seorang ahli geografi terkenal.
Dalam bidang Astronomim, terkenal nama-nama az-Zarqali (1029)di Toledo dan Abul Qasim Maslama bin Ahmad al-Farabi al-Hasib al-Majriti (w. 1007) di Cordoba, yang merupakan ilmuwan terkemuka Muslim Andalusia angkatan pertama. Selain itu, muncul Jabir bin Aflah Abu Muhammad (1204) di Sevilla yang menulis kitab al-Hai’a yang memuat angka-angka trigonometri yang masih digunakan sampai sekarang, dan Nuruddin Abu Ishaq al-Bitruji (w.1204) yang menulis kitab al-Hai’a. Karya-karya astronom muslim ini telah banyak menyumbangkan istilah yang berasal dari bahasa Arab kedalam perbendaharaan ilmu astronomi dan matematika.
Andalusia di bawah kekuasaan Islam mengalami kemajuan pesat dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menjadi tujuan pencari ilmu di Abad pertengahan. Kemajuan tersebut secara berangsur-angsur pudar dan akhirnya hilang. Yang tinggal adalah peninggalan sejarah masa lampau yang gemilang. Munculnya dinasti-dinasty kecil mengakibatkan disintegrasi kekuatan Islam di Andalusia. Mereka saling berperang dan bahkan diadu domba oleh pihak ketiga. Sementara dinasti-dinasti kecil saling berperang, orang keristen menyatukan diri untuk menaklukan orang Islam dan mengusirnya dari Andalusia. Secara politik, kekuatan Islam berakhir pada penghujung abad ke-15 yang ditandai dengan kekalahan demi kekalahan kerajaan Islam. Pada tahun 1469 kerajaan Ferdinand dari Aragon dan kerajaan Isabella dari Castilia bersatu menyerang kekuatan Islam dibawah kekuasaan Dinasty Ahmar di Granada yang terkenal dengan Alhamra. Pada tanggal 2 januari 1492/2 Rabiul awal 897, ibukota Granada dikepung dan ditaklukan oleh penguasa Kristen.
Setelah orang kristen menguasai orang Andalusia, gerakan kristenisasi dilaksanakan, yaitu memaksa orang menganut kembali agama kristen. Kardinal Ximenes de Cisneros menyingkirkan semua buku Arab yang menguraikan agama Islam dan membakarnya. Pada tahun 1556, Raja Philip II (Raja Spanyol 1156-1598) mengumumkan suatu undang-undang agar kaum muslimin yang masih tinggal di Andalusia membuang kepercayaan, bahasa, adat istiadat dan cara hidupnya. Pada tahun 1609 Raja Philip III (1598-1621)mengusir secara paksa semua kaum muslimin dari Andalusia atau mereka dihadapkan pada dua pilihan, masuk kristen atau keluar dari Andalusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda mau share, komentar dsb silahkan tinggalkan disini..