Lot of Visitors

Kamis, 05 Mei 2011


GUGATAN DAN HUJATAN LIBERALIS TERHADAP AL-QUR’AN
1.       Dalam buku : Rekontruksi Sejarah al-Qur’an, menggugat otentisitas Wahyu Tuhan, tulisan Akhsin Widjaya, dan Lobang Hitam agama karya Sumanto al-Qurtuby. Akhsin manyatakan: “Setelah kita kembalikan wacana Islam Arab dekalam dunianya dan melepaskan diri kita dari hegemoni budaya Arab, kini saatnya, kita melakukan upaya pencarian pesan tuhan yang terperangkap dalam mushaf Utsmani, dengan metoda dan pendekatan baru yang lebih kreatif dan produktif. Tanpa menegaskan besarnya peran yang dimainkan Mushaf Utsmani dalam mentranformasikan pesan tuhan. Kita terlebih dahulu menempatkan Mushaf Utsmani setara dengan teks-teks lain. Dengan kata lain, mushaf itu tidak sakral dan absolut melainkan profan dan fleksibel. Yang sakral dan absolut hanya pesan tuhan yang terdapat didalamnya, yang masih dalam proses pencarian. Karena itu kita diperkenankan barmain-main dengan mushaf tersebut tanpa ada beban sedikitpun, beban sakralitas yang melingkup perasaan dan fikiran kita”
2.       Sumanto al-Qurtuby dengan lebih vulgar menyatakan : “saya tidak bermaksud untuk melakukan kontestasi atu perebutan akses kepada tuhan. Saya bahkan tidak punya urusan dengan tuhan. Saya hanya ingin menyatakan bahwa pandangan semakin leteral memahami teks al-qur’an, maka semakin dekat dengan kehendak tuhan, sebagai pandangan yarng ngawur, karena ini jelas mengingkari fakta historis al-qur’an itu sendiri. Al-Qur’an seperti yang saya singgung di atas pada mulanya adalah sebuah “kitab” atau ujaran dinamis yang sangat demokratis dan terbuka dengan konteks sosial dan aneka ragam pendapat. Bahkan sesungguhnya hakikat al-qur’an bukanlah “teks verbal” yg terdiri atas 666 ayat bikinan Utsman itu, melainkan gumpalan-gumpalan gagasan” (hal 42). “al-Qur’an bagi saya hanyalah berisi “spirit ketuhanan” yang kemudian dirumuskan redaksinya oleh Nabi”. (hal. 42) seandainya (sekali lagi seandainya) Pak Harto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila ini bisa menyaingi al-qur’an dalam hal “keangkerannya” tentunya al-qur’an sehingga menjadi kitab suci juga tidak lepas dari peran serta “tangan-tangan gaib” yang bekerja dibalik layar maupun di atas panggung politik kekuasaan untuk memapankan status al-Qur’an”. (hal 64) kita tahu al-qur’an yang dibaca oleh jutaan Ummat Islam sekarang ini adalah teks hasil kodifikasi untuk tidak menyebut “kesepakatan terselubung” antara Khalifah Utsman ( 644-656 M) dengan panitia pengumpul yang dipimpin Zaid bin Tsabit, sehingga teks ini disebut Mushaf Utsmani”. (hal. 65)

Dihalaman 45 Sumanto memantapkan situasi kejiwaan yang halusinatif dengan menyataka : “Jika kelak di akherat, pertanyaan di atas diajukan kepada tuhan, mungkin dia hanya akan tersenyum simpul. Sambil menunjukan surganya yng maha luas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain: Jesus, Muhammad, sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teressa, Udin, Baharudin Lopa dan Munir.
Kritik dan hujaran terhadap teks al-qur’an ini merupakan sikap latah terhadap tradisi Yahudi dan Kristen. Prof. Alponse Mingana, seorang pendeta Kristen asal Irak yang kemudian jadi guru besar bible di Birmingham University di Inggris, tahun 1927 telah menganjurkan: “The time has surely come to subject the text of the kur’an, to the same criticism as that to which we subject the hebrew and aramaic of the jewish bible, and the greek of the christian scriptures” (waktunya telah tiba untuk melakukan keritik yang telah dilakukan terhadap kitab suci Yahudi yang berbahasa Ibrani dan Aramatic, serta kitab suci orang Kristen yang berbahasa Yunani).

Muhammad Arkoun (lahir 1928) dari Aljazair yang kemudian menetap di Pracis dalam bukunya “Rethingking Islam Today” menyayangkan sarjana Muslim yang tidak mau mengikuti jejak Yahudi dan Kristen dalam melakukan Kritik mosons terhadap teks al-Qur’an. Fazlur Rahman kelahiran Pakistan (1919) yang menetap di AS dari jadi guru besar di Universitas Chicago, gurunya Cak Nur, dalam bukunya “Islam” menyatakan: “The Qur’an is entirely the word of God, an in an ordinary sense also entirely the word of Muhammad” (Al-Qur’an sepenuhnya adalah firman tuhan, tapi dalam pengertian umum juga sebagai perkataan muhammad).
Nasr Hamid Abu Zayd pemikir Mesir yang diusir dari negrinya dan menetap di Belanda, sebagai hermeneut ( pengaflikasi hermeneutik) terhadap al-Qur’an dan sangat digandrungi oleh kalangan Liberalis, memiliki konsep tentang al-Quran sebagai produk budaya, teks historis, teks linguistik, atau teks manusiawi. Meskipun tidak menafikan unsur ilahiyyah (divinity) al-Qur’an, Abu Zayd memandang teks al-Qur’an sudah memanusiawi. Dia Menempatkan Nabi Muhammad Saw. (sebagai penerima wahyu), pada posisi sebagai “pengarang” al-Qur’an.
Dalam tradisi Yahudi dan Kristen melakukan kritik terhadap Kitab suci mereka sangat dimungkinkan, karena merekadihadapkan kepada persoalan dengan kitab sucinya itu. Adanya beberapa pengarang Injil misalnya, dengan susunan kalimat dan alur cerita yang berbeda, serta banyaknya kontradiksi, memunculkan pertanyaan pada mereka, apakah Injil inii firman Tuhan atau perkataan manusia si pengarang kitab itu? Akhirnya mereka sampai kepada kesimpulan bahwa kitab-kitab itu sebagai perkataan manusia, maka mereka pakai hermeneutik untuk mencari pesan-pesan tuhan yang ada di dalamnya, dengan menganalisa kondisi sosial dan kejiwaan si pengarang Injil itu. Sementara dalam Islam, kaum muslimin tidak dihadapkan kepada persoalan seperti itu.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Nabi Saw. Pernah mengingatkan bahwa suatu saat Ummat Islam akan mengikuti tradisi dan ajaran Yahudi dan Kristen setapak demi setapak. Ternyata itu bukan hanya sebatas soal penampilan dan akhlak keseharian, tapi juga dalam hal menafsirkan, menyoal dan bahkan menghujat teks-teks al-Qur’an.
Dalam QS. Yunus : (38):

وَمَا كَانَ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ أَن يُفۡتَرَىٰ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَـٰكِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَا رَيۡبَ فِيهِ مِن رَّبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya :
Atau [patutkah] mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "[Kalau benar yang kamu katakan itu], maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil [untuk membuatnya] selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."



QS. As-Sajdah : 2
تَنزِيلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَا رَيۡبَ فِيهِ مِن رَّبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya:
Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, [adalah] dari Tuhan semesta alam.
Dikutip dari Catatan Kh. Shidieq Amien pada Majalah Risalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda mau share, komentar dsb silahkan tinggalkan disini..